Oleh: Mujiburrahman
"DI Kanada, pertama yang diutamakan adalah anak-anak, disusul perempuan, kemudian anjing, dan terakhir baru laki-laki," katanya sambil tersenyum.
Dia perempuan asal Vietnam yang sudah menjadi warga negara Kanada.
Meski tertawa mendengar ungkapan perempuan itu, sebagai laki-laki, tentu saya agak tersinggung diletakkan di posisi paling bawah, setelah anjing pula!
Namun saya bisa memahami logika di balik lelucon itu, yaitu yang lemah harus diutamakan agar hak-haknya terlindungi.
Anak-anak, perempuan, dan anjing layak didahulukan karena secara umum mereka dianggap lebih lemah dibanding laki-laki.
Tentu saja, anggapan bahwa anak-anak lebih lemah dari orang dewasa, dan perempuan lebih lemah dari laki-laki, tidak selalu benar.
Tak jarang, di balik kelemahan, justru terdapat kekuatan. Tak sedikit orangtua yang tunduk pada segala macam permintaan anaknya, dan banyak pria yang bersimpuh patuh pada perempuan yang dipujanya. Fakta juga menunjukkan, rata-rata umur perempuan lebih panjang dari laki-laki.
Bagaimana dengan anjing? Jika duel tanpa senjata, mungkin manusia akan kalah melawan anjing. Tetapi sebenarnya ada sesuatu yang lebih serius di balik ini, yaitu gerakan membela hak asasi binatang (HAB).
Demi HAB, kata mereka, kita tidak boleh menunggang, mengurung, menjadikan mainan, menyembelih, dan memakan daging binatang. Kita harus menjadi vegetarian, memakan tumbuhan saja.
Masalahnya mungkin akan makin rumit jika logika ini diteruskan kepada hak asasi tumbuhan (HAT). Kita tentu wajib menjaga dan melestarikan berbagai tumbuhan di muka bumi ini.
Tetapi apakah kita tidak boleh menebang pohon sama sekali, memetik sayur dan buah, menuai padi dan gandum? Kalau demikian, lantas kita makan apa? Bagaimanakah kita bisa bertahan hidup?
Karena itulah, berbicara tentang hak, tak bisa dilepaskan dari kewajiban. Hidup semua makhluk di dunia ini, hanya akan serasi jika hak dan kewajiban, sama-sama berjalan. Kehidupan akan seimbang dengan memberi sekaligus menerima.
Yang lemah diutamakan untuk diberi, tetapi bukan berarti dia bertugas menerima saja. Ia pun harus memberi pada kehidupan, sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Tetapi mengapa orang lebih banyak menuntut hak? Karena seringkali hak itu dirampas oleh pihak yang lebih kuat. Penguasa cenderung mencederai hak-hak rakyat. Orang kaya tak jarang memerkosa hak-hak orang miskin. Orang dewasa kadang menindas hak-hak anak. Mayoritas kadang memojokkan minoritas.
Semua ini akhirnya mendorong munculnya gerakan pembelaan hak asasi manusia (HAM).
Memang dalam kenyataan, biasanya hak tidak akan diberikan cuma-cuma oleh pihak yang kuat. Untuk mendapatkan hak, orang seringkali harus menuntut.
Adakah dalam sejarah, hak kebebasan berpendapat dan berserikat diberikan gratis oleh penguasa tanpa tuntutan dari rakyat? Jika pun ada, tentulah sangat langka. Karena itu wajar jika HAM seringkaliharus diperjuangkan.
Sayangnya, kadangkala orang lupa, bahwa perjuangan HAM pada dasarnya adalah usaha mewujudkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Para buruh, mahasiswa, pedagang, pegawai negeri dan lain-lain, boleh saja berdemonstrasi mengemukakan pendapat.
Namun, mereka juga berkewajiban menjaga ketertiban umum. Mereka tidak boleh anarkistis, merusak bangunan atau melempari polisi menggunakan batu.
Begitu pula, murid berhak mendapatkan perlakuan manusiawi dari guru, dan sebaliknya guru berhak mendapatkan penghormatan dari murid.
Di zaman sekarang, memberi hukuman fisik pada murid yang nakal, bisa dianggap melanggar HAM. Boleh jadi, karena alasan HAM, guru akhirnya malah tidak berani memberi hukuman apa-apa, meski bukan hukuman fisik. Akibatnya, pendidikan jadi tak seimbang.
Demikian pula, sebagai tuan/khalifah di muka bumi, manusia wajib memperlakukan lingkungan, flora dan fauna, secara seimbang. Kerusakan lingkungan di era modern ini terutama karena manusia berhasil menjadi tuan, tetapi menyangkal Tuhan.
Itulah yang disebut humanisme sekuler. Ketika manusia menyangkal atau tak peduli pada Tuhan, maka ia akan menuhankan dirinya (hawa nafsunya) sendiri.
Alhasil, mewujudkan keseimbangan memang tidak mudah. Tetapi di situlah letak perjuangan hidup manusia, karena perjuangan mencapai keseimbangan, adalah perjuangan meraih kebahagiaan. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Keseimbangan dan Kebahagiaan
Dengan url
http://banjarberita.blogspot.com/2013/12/keseimbangan-dan-kebahagiaan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Keseimbangan dan Kebahagiaan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar