BANJARMASINPOST.CO.ID, MAUMERE - Letusan keras disertai semburan lahar panas gunung berapi Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (10/8) pagi menewaskan sedikitnya enam orang warga. Tiga ribu lebih warga yang berada di Pulau Palu berlarian mengungsi ke daerah aman.
Tiga korban tewas adalah orangtua yang menolak dievakuasi dari zona merah. Ketiganya diibaratkan seperti Mbah Marijan sebagai penjaga Gunung Merapi. "Mereka bertiga tidak mau keluar dari Gunung Rokatenda, meskipun sudah diberitahu pemerintah setempat," ungkap Tini Tadeus, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT.
Kepercayaan mereka di sana, lanjut Tadeus, kalau semua warga keluar dari zona merah maka, lahar akan merusak pemukiman mereka. "Itu sebabnya, ketiganya bertahan di sana bersama dua orang cucu mereka," ucapnya..
Pihaknya telah meminta warga jangan mendekati gunung berapi yang hingga malam tadi masih mengeluarkan lahar panas. Pos Pemantau Gunung Rokatenda menginformasikan, letusan gunung berapi pada Sabtu dinihari merupakan yang terdahyat dibanding letusan-letusan sebelumnya.
"Letusan yang terjadi pada pukul 04.27 Wita itu berkekuatan 10-40 amplitudo dengan lama letusan 420 detik. Letusan itu mengakibatkan awan panas dan mengeluarkan lahar panas," jelas Tini Tadeus.
Disebutkan dia, letusan kali ini lebih dasyat dari letusan pada 2 Februari 2013 lalu, di mana saat itu Gunung Rokatenda sempat mengeluarkan letusan dan membuat jalur menuju dua desa terputus. Sekitar 2.000 warga di Desa Lidi dan Desa Nitunglea pun terisolasi.
Selain menyeburkan awan panas, Gunung Rokatenda memuntahkan lahar panas yang mengalir dari Woje Wubi sampai ke Pantai Punge di Desa Rokirole. Serbuan lahar panas gunug berapi Rokatenda telah menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Sementara dari lima korban dinyatakan hilang, tiga di antaranya telah ditemukan, sedangkan dua lainnya belum ditemukan. Warga yang menjadi korban meninggal saat itu tengah berada di pantai mencari ikan.
Tini Tadeus, mengatakan, kelima orang tewas itu berasal dari Desa Rokirole, masing masing Alosyus Lala (65), Wea Lala (56), Petrus Ware (69), serta dua orang bocah Lenga (5) dan Pio (7).
"Awalnya tiga orang tua ditemukan tewas dan dua bocah hilang, namun setelah beberapa jam kemudian akhirnya dua bocah itu ditemukan sudah dalam keadaan tewas. Direncanakan besok kelima jenazah akan dikuburkan," kata Tadeus.
Suhu panas akibat lahar disertai awan panas telah menyebabkan tanaman di hutan maupun lahan masyarakat terbakar mulai dari pantai sampai ke kampung. Pemerintah saat ini minta masyarakat supaya mengamankan diri tidak melewati jalan raya tapi turun ke pantai.
Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera turun ke Palue melihat langsung masyarakat dan untuk melakukan kegiatan evakuasi. Ansar terjun ke lokasi bersama pihak TNI/Polri dan Basarnas serta unsur pemerintah lainnya.
"Semua warga yang berada di sekitar gunung berapi harus evakuasi," katanya..
Ansar didampinggi Dandim, Danlanal, pejabat Polres, mantan Wabup Wera Damianus berangkat ke Palue menggunakan dua speed boat milik Basarnas dan DKP Sikka dari pelabuhan Wuring, Maumere.
Hingga petang tadi, sudah lebih dari 3.000 warga di lima desa di Kecamatan Palue, yang berada di sekitar zona merah kawasan guung berapi Rokatenda telah dievakuasi ke Maumere, Ibukota Kabupaten Sikka. Kelima desa yang berada di kawasan zona merah yakni Desa Rokirole, Lidi, Nitunglea, Ladolaka dan Tuanggeo.
"Kini warga sudah berada di dua tempat yakni di Maurole dan Maumere ibukota Kabupaten Sikka," kata Tadeus.
Disutkan, Gunung Rokatenda adalah pulau gunung yang konstruksinya bukan seperti gunung-gunung yang lain di Pulau Flores. "Konstruksi gunung Rokatenda terdiri batu-batu yang bisa mudah pindah titik meletusnya," imbuhnya.
Jadi Enam Orang
Korban akibat sapuan awan panas Gunung Berapi Rokatenda bertambah menkadi enam orang. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya Sabtu sore.
Sutopo mengatakan, hingga saat ini, pencarian, penyelamatan dan pemindahan korban masih terus dilakukan. Hingga sore ini, data sementara korban tewas berjumlah enam orang, empat orang telah ditemukan dan dua lainnya masih hilang.
"Umumnya para korban tewas tersapu awan panas saat masih tertidur di Pantai Punge, Desa Rokirole," bebernya.
Sebagian besar warga sudah mengungsi sehari sebelumnya. Sementara hanya beberapa warga saja yang tetap tinggal untukj menjaga kampung mereka, termasuk lima orang yang meninggal tersebut.
BNPB NTT telah mendistribusikan sedikitnya 10.000 makanan siap saji untuk ribuan pengungsi dari lima Desa di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka. Bantuan makanan siap saji itu telah berada di tempat pengungsian.
"Saat ini makanan siap saji telah berada di Maurole dan Maumere. Saya sudah sampaikan kepada BNPB Kabupaten Sikka untuk mereka atur logistik itu dan segera bantu masyarakat dan apabila kurang, nanti tinggal diinformasikan saja," kata Tadeus. (tribunnews/kp/kc)
Anda sedang membaca artikel tentang
Tiga Warga Ikuti Jejak Mbah Marijan
Dengan url
http://banjarberita.blogspot.com/2013/08/tiga-warga-ikuti-jejak-mbah-marijan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Tiga Warga Ikuti Jejak Mbah Marijan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Tiga Warga Ikuti Jejak Mbah Marijan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar