Ilustrasi : Sebanyak 38 orang diduga pelaku premanisme diamankan Polresta Pematangsiantar, Sumatera Utara, Senin (5/3/2012). - tribunnews.com
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Polda Kalsel mengerahkan tim gabungan untuk menyisir sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Penyisiran oleh tim khusus dari Polresta Banjarmasin dan Sabhara Polda itu dilakukan terkait dugaan terjadinya aksi premanisme dalam antrean pembeli solar.
"Jika ditemukan, kami akan langsung mengambil alih dan tentu bertindak tegas. Yang melakukan akan dipidanakan. Upaya ini kami lakukan agar aksi premanisme tidak terjadi lagi sehingga masyarakat bisa secara lancar mendapatkan BBM," tegas Direktur Kriminal Umum Polda Kalsel, Kombes Mustar Manurung di Banjarmasin, Jumat (3/5).
Tak hanya jajaran kepolisian yang bertindak, Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin pun langsung menginstruksikan Ketua Satuan Tugas Pengawasan Bahan Bakar Minyak (Satgas BBM) Kalsel, Heryo Dharmo mengerahkan anggotanya untuk melakukan pemantauan.
Hasilnya, Satgas menemukan indikasi terjadinya pengaturan antrean di salah satu SPBU di Banjarbaru. Pelakunya, juga diduga kelompok preman. Namun, mereka tidak menemukan keterlibatan langsung oknum polisi yang melakukan pungutan liar (pungli) terhadap pengantre.
"Kami telah mintakan bagian penindakan yang ada di dalam keanggotaan Satgas BBM untuk menindak pelaku dan menertibkannya. Bagaimana pun hal itu tidak dibenarkan. Siapa yang antre lebih dulu akan mendapat pelayanan lebih awal," ucap Heryo yang tidak menutup kemungkinan terjadinya aksi premanisme itu di SPBU daerah lain.
Seperti diberitakan BPost edisi kemarin, banyak sopir truk mengeluhkan terjadinya aksi premanisme yang memanfaatkan terjadinya antrean panjang –bahkan sampai menginap– pembeli solar di SPBU. Kelompok preman itu biasanya memaksa para sopir yang menginapkan truknya di pinggir jalan dekat SPBU, menyerahkan uang keamanan dan antrean.
Makin besar uang yang diberikan, kelompok itu bisa menempatkan suatu di antrean awal. Sebaliknya, yang menolak akan ditempatkan di antrean belakang sehingga mungkin saja tidak mendapatkan solar yang jumlahnya terbatas. Tak jarang, saat melakukan aksinya, preman-preman itu menggunakan kekerasan. Bahkan, menurut seorang sopir, pernah ada yang membawa senjata tajam.
Para sopir itu juga mengatakan ada dugaan para preman itu dibekingi oknum polisi. Pasalnya, selain berdasar pengakuan mereka bahwa sebagian hasil pungutan harus disetorkan ke oknum polisi, aksi tersebut juga dilakukan secara terang-terangan.
"Polisi tahu kok, karena seringkali dilakukan saat ada polisi juga. Tapi polisinya pura-pura tidak tahu. Polisinya ya tidak mungkin langsung ikut meminta setoran ke sopir," kata seorang sopir truk, Petruk (bukan nama asli).
Mantan Sekretaris Satgas BBM Kalsel, Hadi Soesilo tidak memungkiri terjadinya aksi premanisme dalam pengaturan antrean di SPBU. Dia pun mengaku saat masih aktit di Satgas, pernah mendapat laporan aksi tersebut. Tragisnya, hingga kini aksi itu masih berlanjut.
"Untuk dapat nomor antrean, sopir harus bayar. Saya nggak mengerti kenapa begitu, tapi jelas itumelibatkan orang-orang tertentu," tegas dia. Sayang Hadi enggan menjelaskan maksud 'orang-orang tertentu' itu.
Hadi menegaskan kondisi terkait solar ini benar benar salah arah dan salah kaprah. Sebagai contoh, dia pernah mendapat informasi petani dan nelayan di Tanahlaut (Tala) harus membeli solar seharga Rp 8 ribu per liter. Akhirnya, Pemkab Tala turun tangan dengan cara menunjuk pengusaha agar menjual seharga Rp 6 ribu.
"Nelayan dan petani di sana akhirnya membeli solar dari pengusaha itu seharga Rp 6 ribu per liter. Mereka senang karena lebih murah tetapi kan aneh, seharusnya mereka bisa mendapat harga Rp 4.500 per liter," kata mantan staf ahli gubernur Kalsel ini.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat pengguna BBM tidak takut menghadapi aksi premanisme itu. "Apalagi setahu saja, Kapolda Kalsel memiliki komitmen kuat untuk menertibkan distribusi BBM. Para sopir jangan takut, segera laporkan jika mengetahuinya," tegas dia.
Seperti pengawas di SPBU lain, Pengawas SPBU Pal 5 Banjarmasin, Rudi mengaku tidak mengetahui adanya aksi premanisme itu karena terjadi di luar kawasan SPBU.
Dia pun mengaku tidak pernah mendapat laporan terjadinya aksi 'jual beli' antrean pembeli solar.
"Dikatakan yakin tidak ada, ya tidak juga. Tetapi yang jelas tidak ada keluhan lewat ui SMS atau telepon," katanya.
Rudi juga mengatakan, meski antrean di SPBU-nya lancar-lancar saja tetapi pengawasan dan monitoring terus dilakukan agar ketertiban antrean tetap terjaga. Tindakan itu dibantu aparat kepolisian yang ditugaskan di sana. "Sopir sudah paham, bila sudah habis ya habis. Mereka tidak pernah protes. Kami pun tidak pernah menahan-nahan pasokan, semua langsung didistribusikan," ujar Joko. (tim)
Anda sedang membaca artikel tentang
Tim Khusus Buru Preman SPBU
Dengan url
http://banjarberita.blogspot.com/2013/05/tim-khusus-buru-preman-spbu.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Tim Khusus Buru Preman SPBU
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar