Seorang Ibu Mendapati Anak Lelakinya Jadi Budak Seks di Dunia Maya!

Written By Unknown on Kamis, 04 Desember 2014 | 12.03

BANJARMASINPOST.CO.ID - Setiap orangtua tentu tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak-anak mereka. Namun apa jadinya bila seorang ibu mendapati anak lelakinya menjadi budak seks di dunia maya ?

Itulah yang dialami pasangan orangtua di Inggris yang memiliki anak lelaki berusia 13 tahun ini. Selama beberapa tahun ini ternyata sang anak telah menjadi korban kekerasan seksual melalui internet, tanpa pernah sekali pun orangtuanya melihat ada yang salah dengan kondisinya.

Ben (nama anak lelaki yang disamarkan), telah menjadi korban kekerasan seksual empat lelaki dewasa. Orangtua Ben mulai mencurigai sikap anaknya itu ketika Ben mulai menampakkan sikap semakin tertutup dan sekali waktu menemukan fakta bahwa anak lelakinya itu mendapat telepon di tengah malam dari pelakunya

Setelah tahu siapa yang menelepon putranya di tengah malam, sang ibu pun terkejut dan histeris mendengar apa yang dituturkan sang anak. Saat ini orangtua Ben tengah berjuang untuk memulihkan kondisi kejiwaan Ben, dan berharap para pelakunya dihukum berat.

Orangtua Ben menyampaikan kisah pilu mereka kepada badan amal untuk anak-anak,Yayasan Collins Marie (MCF). Merekaberada di bawah perlindunganuntuk berbagi kisah kepada orangtua lainnya, demi membantu anak-anak dan keluarga lain yang menjadi korban pelecehan dan eksploitasi seksual secara online.

"Kami mulai menyadari telah ada masalah dengan anak kami, sebab menjelang akhir tahun 2010 ia tampak tidak bahagia," tutur ibunda Ben, menjelaskan kondisi anak lelakinya itu. "Kemudian kami mendapati ia mengaku sebagai gay di akun Facebook-nya sejak musim panas 2010. Disusul pada bulan-bulan berikutnya ia semakin terlihat sangat tidak bahagia dan tidak tenang."

"Kami kemudian menyimpulkan, mungkin ia sedang berjuang dengan perubahan seksualitasnya hingga mengaku sebagai gay. Kami juga tahu bahwa sesuatu telah berubah secara dramatis dalam diri anak kami, apalagi ia juga mulai tidak pernah sekolah."

Namun demikian, lanjut ibunda Ben, "Kami orangtuanya tidak melihat apa masalah yang sebenarnya, dokternya pun tidak melihatnya. Sampai kemudian ia benar-benar berhenti berbicara kepada kami, tak ada komunikasi yang terjadi sama sekali di antara kami. Tapi saya tetap memerhatikan perilakunya sepanjang waktu."

Merasa tak berdaya untuk melakukan sesuatu, pada akhirnya kedua orangtua ini pun harus menyaksikan sendiri bahwa Ben hendak pergi dari rumah. Pada Januari 2011 lalu, kisah mengerikan itu pun sampai ke telinga pasangan orangtua ini.

"Suatu malam itu, kami sedang berada di tempat tidur. Lalu saya tiba-tiba mendengar ia berbicara di dalam kamarnya. Saya pun bangun dan mulai menguping lebih jelas. Saya bisa mendengar ia berkata, 'Aku akan pergi dan mendapatkan tiket kereta.' Bahkan saya pun bisa mendengar suara lelaki lain dari seberang telepon yang diterima anak saya."

Foto ilustrasi seorang anak remaja begitu terikat dan melekatnya kehidupannya sehari-hari dengan gadget dan internet. (FOTO: DAILYMAIL.CO.UK)
Foto ilustrasi seorang anak remaja begitu terikat dan melekatnya kehidupannya sehari-hari dengan gadget dan internet. (FOTO: DAILYMAIL.CO.UK)
"Saat itu saya semakin tahu, anak saya sudah menjadi korban kejahatan seks seseorang. Jelas saja saya kaget, tidak yakin apa yang harus saya lalukan. Akhirnya kami memutuskan memanggil polisi. Semula, polisi mengatakan tak dapat membantu dan memaksa kami untuk melibatkan sekolah saja. Akhirnya, kami pun memanggil Dinas Sosial."

Ibunda Ben juga mengatakan, "Saya mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan kepada anak kami di telepon. Mengerikan sekali, apalagi ia tidak bisa bicara kepada kami."

Selanjutnya, ibunda Ben melanjutkan, "Dinas Sosial pun datang dan mengatakan bahwa mereka membutuhkan telepon untuk menghubungi polisi. Tak lama kemudian, dua anggota polisi pun tiba di rumah dan mulai mendobrak pintu kamar anak kami. Mereka sempat terlibat perebutan telepon dengan anak kami, hingga akhirnya telepon anak kami berhasil diambil polisi."

Peristiwa malam itu, kata ibunda Ben, sangat memukul dirinya. "Itu adalah hal yang paling mengerikan yang pernah saya lihat. Anak kami akhirnya menangis di sudut ruang. Malam itu yang ia inginkan hanyalah teleponnya kembali karena salah satu pelaku telah mengambil alih pikirannya, sehingga ia merasa tak bisa hilang kontak begitu saja dengan si pelaku."

Yang semakin membuat ibunda Ben terpukul adalah, di hari itu juga ia menemukan foto-foto diri anaknya di dalam laptopnya dalam berbagai pose telanjang. "Seorang petugas lalu bicara kepada anak kami secara pribadi dan mengatakan kepada kami bahwa anak kami telah terlibat secara seksual dengan empat orang."

Ibunda Ben mengaku, saat itu seolah dunia telah runtuh, setelah mendapatianak lelakinya menjadi budak seks di dunia maya. IbundaBen dan suaminya merasa telah terlempar ke dunia yang sama sekali tak dikenalnya. Mereka kemudian memaksa polisi untuk berusaha mengungkap kasus pedofilia yang telah menjadikan anak mereka korbannya.

Saat ini, Ben telah dirawat dan diberi dukungan setiap minggu dari Dinas Sosial. Namun sang bunda dan ayahnya saat ini masih merasa frustrasi lantaran polisi dianggap lambat dalam mengusut kasus yang menimpa putra mereka.

"Kami sudah tahu nama dan keberadaan salah satu orang yang telah menyiksa anak kami, tapi kenapa ia tidak ditahan sampai tujuh bulan kemudian?" ujar orangtua Ben dengan nada kecewa. "Sepanjang tahun ini kami hidup dengan orang yang kami tahu dan polisi pun tahu, tapi si pedofilia itu masih saja dibiarkan berkeliaran!"

Di sisi lain, ibunda Ben lega lantaran Ben sudah mendapatkan penanganan dari ahlinya. Ia berharap, Ben bisa kembali ke kehidupan keluarga mereka. "Ya, ini soal waktu, perlu konsistensi dan harus lebih menghargai pribadi Ben yang secara psikologis telah rusak secara mendalam."

Sementara itu, TinkPalmer, Kepala Eksekutif MCF yang telah mendukung keluarga Ben, ikut menjelaskan, "Saat ini, baik di Inggris dan internasional, respons terhadap kebutuhan anak korban dan keluarga pada umumnya ad hoc dan yang terutama, tidak memperhitungkan dampak yang terjadi pada si korban. Maka, visi kami adalah untuk meningkatkan pelayanan bagi korban dan keluarga mereka."

Apalagi, lanjut Tink, "Masih sangat sedikit studi yang dilakukan mengenai jumlah anak-anak yang dilecehkan melalui online , seperti apa sifatnya, dan bagaimana dampaknya terhadap korban. Selain itu, pemahaman kita tentang perilaku berisiko terhadap anak-anak secara online dan dampak pada perkembangan emosional mereka, masih sangat perlu dikembangkan lebih jauh lagi."

Sebab, Tink berpendapat, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini begitu pesat dan tak bisa dipungkiri akan berdampak pula kepada anak-anak, bahkan hingga membahayakan anak-anak secara seksual. "Yayasan kami akan melakukan kerja sama dengan mitra yang tepat serta melatih semua pekerja lini depan untuk membantu anak-anak yang dirugikan dalam hal ini."
 


Anda sedang membaca artikel tentang

Seorang Ibu Mendapati Anak Lelakinya Jadi Budak Seks di Dunia Maya!

Dengan url

http://banjarberita.blogspot.com/2014/12/seorang-ibu-mendapati-anak-lelakinya.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Seorang Ibu Mendapati Anak Lelakinya Jadi Budak Seks di Dunia Maya!

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Seorang Ibu Mendapati Anak Lelakinya Jadi Budak Seks di Dunia Maya!

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger