BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Pelaksanaan program Reducing, Emission, Deforestation and forest Degradation (REDD) di Kalteng, menjadi perhatian banyak negara. Itu pula yang menjadi alasan sejumlah Non-Government Organitation (NGO) atau lembaga swadaya asing, berkumpul di Palangkaraya.
Selasa (8/10/2013) sampai tiga hari ke depan, mereka menggelar pertemuan. Kegiatan ini merupakan program kemitraan dalam upaya inventarisasi kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dari 70 negara yang tergabung pada program kemitraan ini, ada 45 negara yang LSM-nya hadir. Kegiatan langsung dibuka Gubernur Agustin Teras Narang.
REDD merupakan suatu mekanisme global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk melindungi hutannya.
Skema ini mulai menjadi perdebatan yang hangat sejak Papua Nugini dan Kosta Rika menjabarkan proposal
pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada tahun 2005.
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan iklim di Bali 2007, di mana ide tersebut telah berkembang dengan mengikutsertakan isu 'degradasi hutan'.
Berbagai usul penambahan isu tentang agroforestri dan pertanian juga muncul. REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda 'plus' di belakangnya menambahkan konservasi dan pengelolaan hutan secara
lestari, pemulihan hutan dan penghutanan kembali, serta peningkatan cadangan karbon hutan.
Anda sedang membaca artikel tentang
LSM Asing Bahas REDD+
Dengan url
http://banjarberita.blogspot.com/2013/10/lsm-asing-bahas-redd.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
LSM Asing Bahas REDD+
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar